Ketika Ayah Bunda Hebat Jadi Bersedih

DSC04336.jpg

Pernah Kita mencibir seperti ini? "Itu orangtuanya gimana sih didik anak? Anaknya ga bisa diem. Bikin nangis anak orang. Main pukul-pukul terus. Anak tuh kurang perhatian. Makanya diperhatiin biar anaknya bener. Kelewatan aktifnya"..

"Anak tuh aneh ya gabisa diatur. Jangan diterima di sini harusnya kalau anaknya aneh kayak gitu"

Kalau saja kita tahu, mereka para orangtua sudah berperan ekstra mendidik anak mereka yang Istimewa.

Kalau saja kita tahu, mereka para orangtua sudah sering menangis setiap malam, memikirkan bagaimana perkembangan anak mereka di setiap harinya. Bagaimana anaknya akan di terima oleh lingkungan sekitarnya dengan kondisi yg istimewa.

Kalau saja kita tahu, mereka para orangtua sudah sering bersabar mendengar label-label negatif pada anak-anak mereka. Dan mereka menguatkan anak-anak mereka untuk tetap percaya diri dan mengembangkan potensi yang dipunya. Bersikap kuat dihadapan anak mereka agar anak mampu meniru kuatnya mereka. Padahal sebetulnya sedih sekali hati mereka.

Dan, bisakah kita hebat seperti mereka jika berada pada kondisi seperti itu ?

Bisakah kita mendukung mereka dengan memahami keadaan anak anak mereka, tanpa mencibir, tanpa melabel negatif?

Dukung mereka dengan meraih dan merangkul anak-anak mereka yang istimewa. Cukup menerima dan memaklumi keadaan istimewa anak anak mereka.

Alangkah lebih baik kalau kita sedikitnya memikirkan apa perasaan Ayah Bunda Hebat selama diamanahi dengan anak-anak istimewa? Yang tentu semua perilaku dan perkembangan nya berbeda dengan anak-anak seusianya .

Kalau kita belum bisa mengerti, sedikitnya cukup untuk tidak berkomentar hal-hal yang menyakitkan bagi mereka para Bunda dan Ayah hebat.

Kalau kita belum bisa mengerti sepenuhnya, cukup bekali anak-anak kita untuk berteman dan ramah kepada anak-anak istimewa. Beri anak-anak kita bekal agar memiliki problem solving yang tepat ketika menghadapi teman teman istimewa.

Saya yakin, kita manusia yang sedari awal diberi kepekaan dan empati. Bisakah kita tempatkan kepekaan dan empati itu sesuai porsi?

Renungan untuk Kita semua