Coronavirus, Sebuah Pesan dari Alam

12. CORONA VIRUS-01.jpg

Pandemi Covid-19 dan krisis iklim yang masih terjadi hingga saat ini merupakan pesan dari alam, menurut Direktur Eksekutif UN Environment Programme Inger Andersen. Ia mengatakan bahwa kemanusiaan menempatkan tekanan terlalu besar pada alam dengan konsekuensi yang dapat merusak secara permanen. Andersen juga memperingatkan bahwa kegagalan dalam melestarikan alam berarti juga kegagalan merawat diri sendiri.

Para ilmuwan terkemuka juga mengatakan bahwa wabah Covid-19 merupakan "peringatan jelas", dengan mempertimbangkan bahwa banyak penyakit yang jauh lebih mematikan hidup di alam liar. Mereka juga bilang bahwa peradaban manusia saat ini sedang "bermain api". Karena, mereka bilang bahwa hampir selalu akibat tingkah laku manusia lah penyakit-penyakit tersebut bisa menyebar ke manusia.

Untuk mencegah wabah lain, para ahli menyatakan, baik pemanasan global dan perusakan alam untuk pertanian, pertambangan, dan perumahan harus dihentikan, sebagaimana kedua hal tersebut mendorong kehidupan di alam liar untuk memiliki kontak dengan manusia.

Video di atas menjelaskan bahwa, rata-rata ada satu penyakit menular yang muncul pada manusia setiap empat bulan. Sebesar 75% dari penyakit menular tersebut berasal dari hewan yang ada di alam liar.

Andersen menyatakan, "Tidak pernah sebelumnya ada kesempatan yang begitu banyak bagi patogen untuk berpindah dari binatang liar dan domestik kepada manusia," sembari ia menjelaskan bahwa 75% dari penyakit menular berasal dari alam liar.

"Erosi ruang alam liar yang terjadi terus menerus telah membawa kita terlalu dekat dengan binatang-binatang dan tumbuhan-tumbuhan yang menyimpan penyakit yang bisa melompat pada manusia."

Wabah penyakit menular pada manusia telah meningkat dan pada beberapa tahun terakhir kita sudah melihat adanya penyakit Ebola, flu burung, Middle East respiratory syndrome (Mers), Rift Valley Fever (RVF), Secere Acute Respiratory Syndrome (SARS), West Nile virus, dan Zika virus semua menyebrang dari binatang lalu ke manusia.

"Kemunculan dan penyebaran Covid-19 bukan hanya bisa diprediksi, hal ini diprediksi [dalam arti] akan ada kemunculan virus lain yang berasal dari alam liar yang akan mengancam kesehatan publik," kata Prof. Andrew Cunningham dari Zoological Society of London. Ia juga mengatakan bahwa penyakit lain yang berasal dari alam liar memiliki tingkat kematian yang jauh lebih tinggi dibandingkan Covid-19. Ebola, contohnya, memiliki tingkat kematian pada manusia sebesar 50%, dan 60%-75% untuk Nipah virus.

Lalu, apa hubungannya penyakit menular seperti Covid-19 dengan kerusakan alam? Aaron Bernstein dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa perusakan alam dan habitat alami mendorong margasatwa untuk tinggal dekat dengan manusia dan perubahan iklim juga memaksa binatang-binatang untuk berpindah: "Itu menciptakan sebuah kesempatan bagi patogen-patogen untuk masuk ke inang baru."

"Pemisahan kesehatan dan kebijakan terhadap alam adalah sebuah delusi yang berbahaya. Kesehatan kita bergantung sepenuhnya pada iklim dan organisme lain yang hidup bersama kita di planet ini."

Krisis coronavirus ini mungkin bisa menjadi kesempatan bagi kita untuk berubah. Agar kita lebih peduli dan lebih aktif untuk menjaga alam dan lingkungan. Jangan sampai respon kita sama ketika wabah SARS mulai mereda, kita kembali berbisnis seperti sebelumnya. Planet Bumi yang kita tempati mungkin bisa selamat dari segala pemanasan global dan kerusakan yang telah kita, sebagai manusia, perbuat. Tapi masih adakah kita di muka Bumi? Lalu bagaimana dengan anak-anak kita?